
Profil
Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS)
Kabupaten
Hulu Sungai Selatan adalah salah satu kabupaten
di Kalimantan Selatan.
Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan sekaligus pusat pemerintahan terletak di Kandangan.
Hulu Sungai Selatan memiliki luas sekitar 1.703 km² dan berpenduduk sekitar
212.678 jiwa.
Kantor Peternakan tergabung dengan
dinas perikanan yang bertempat di jalan Melati, Durian Sumur, Kandangan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kantor dinas tersebut dipimpin oleh Ir. H.
Royama Basyuni.
Kepala Seksi Pembibitan Budidaya
Ternak dijabat oleh Edi Burhani yang mengepalai semua inseminator ternak, dan Inseminator
yang bertugas di kantor Dinas Perikanan dan Peternakan adalah Abdul Azis,
Mahyudin, Muhammad Son, S.Pt, Ida Mahriati, S.Pt, Ramli dan Iberahim, S.Pt.
semua inseminator sudah mempunyai SIM untuk melakukan Inseminasi.
Cara
Kerja dan Teknik Inseminasi Buatan
Cara
kerja seorang inseminator ketika inseminator datang ke tempat peternak,
inseminator akan menanyakan tentang profil sapi yang akan di Inseminasi Buatan
(IB), meliputi pertanyaan sebagai berikut :
-
Kapan sapi tersebut terlihat birahi
-
Berapa umur sapi
-
Sudah pernah melahirkan atau belum
-
Bila sudah pernah melahirkan, kapan
terakhir melahirkan dan sudah berapa kali melahirkan
-
Bibit jenis apa yang di inginkan
peternak
Sambil
melakukan percakapan inseminator melakukan persiapan alat yang meliputi: IB
gun, plastic glove, plastik sheet, termos straw, straw, gunting dan senter.
Mempersiapkan sapi yang akan di Inseminasi dengan memasukkan sapi kedalam
kandang paksa atau apabila tidak ada kandang paksa bisa saja dengan mengikat
sapi di dinding kandang dengan kuat dengan syarat sapi sulit bergerak untuk
memudahkan si inseminator untuk melakukan IB.
Setelah
semua persiapan dilakukan, tahap kedua adalah mempersiapkan IB gun dengan
memasukkan straw pada IB gun dan memotong ujung straw kemudian memasang plastic
sheet pada IB gun. Memasukkan tangan kiri pada rectum dan tangan kanan yang
memegang IB gun langsung memasukkan IB gun pada vulva sapi tersebut sampai
posisi yang diperkirakan tepat sasaran. Inseminasi dilakukan dua kali agar
lebih yakin sapi tersebut akan bunting.
Terlihat
sangat jelas perbedaan antara teori dengan yang ada dilapangan, yaitu tidak
dilakukannya thawing saat persiapan IB, dengan alasan saat membawa straw dari
rumah inseminator menggunakan termos yang diisi dengan air es, sehingga straw
yang tadinya beku saat masih di kontainer sudah mulai mencair saat diperjalanan
menuju lokasi peternak.
Target
Inseminasi Buatan
Target
inseminasi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan telah mencapai keseluruh pelosok
desa, sehingga peningkatan populasi ternak dapat meningkat dan ekonomi peternak
juga dapat meningkat. Tidak ada batasan siapa peternak dan seberapa jauh lokasi
peternak, inseminator senantiasa akan melayani jika ada panggilan untuk
melakukan inseminasi buatan.
Jika
ada kelompok tani yang baru akan memulai usaha beternak sapi, pihak dinas akan
melakukan penyuluhan tentang inseminasi buatan dan bagaimana cara mengetahui
ternak sapi itu bunting, sehingga waktu bunting sapi tidak terlewat dan
langsung dapat ditangani inseminator.
Untuk
jumlah sapi yang di inseminasi pada tahun 2011 ditargetkan 1.500 ekor untuk
semua jenis sapi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Straw yang disediakan oleh
Dinas Perikanan dan Peternakan ada 2.000 buah straw yang meliputi Brahman,
Ongole, Bali, Limousin, Simental dan Angus.
Selama tahun 2011 jumlah sapi yang
sudah di Inseminasi telah mencapai target bahkan sudah melebihi target, yaitu
ada 1.533 ekor sapi yang di inseminasi. Akan tetapi jumlah yang sapi yang
bunting dan melahirkan pada tahun 2011 hanya mencapai 847 ekor.
Realisasi
Inseminasi Buatan di Kab. HSS
Realisasi
dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Secara langsung dengan
cara penyuluhan tentang Inseminasi Buatan di desa-desa yang dilakukan oleh
dinas peternakan. Secara tidak langsung yaitu saat petugas kesehatan melakukan
penyuntikan ke peternak-peternak, disitulah petugas kesehatan menyampaikan
tentang kawin suntik dan tanda-tanda ternak birahi.
Persentase (%) yang telah dilakukan
dari target Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut : target 1.500 ekor dan
realisasi 1.533 jadi, 1.533/1.500 x 100% = 102 %.
Persentase
Kebuntingan dan Tingkat Kelahiran
Persentase
kebuntingan sangat ditentukan oleh keberhasilan Inseminasi Buatan yang meliputi
teknik inseminasi, waktu inseminasi dan yang mempengaruhi tingkat kelahiran
adalah cara penanganan sapi melahirkan dan penyakit yang dapat mengganggu
kebuntingan.
Table 3. Laporan
inseminasi dan kelahiran sapi tahun 2011
Tahun
|
Jumlah Sapi yang di IB (ekor)
|
Jumlah Sapi yang bunting dan
melahirkan (ekor)
|
Persentase (%)
|
2011
|
1.533
|
847
|
55,25
|
Sumber : Dinas
Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Dari
table di atas dapat dihitung persentase kelahiran ternak, dihitung dari jumlah
ternak yang di IB dengan ternak yang melahirkan yaitu 847/1.533 x 100% =
55,25%.
Waktu melakukan inseminasi sangat
penting untuk menentukan kebuntingan ternak, maka dari itu diperlukan
keterampilan peternk dalam mendeteksi birahi secara dini dan langsung
melaporkannya kepada petugas Inseminator, sehingga inseminator dapat menentukan
kapan ternak harus di IB.
Service
per Conception
S/C dalam inseminasi dihitung
berdasarkan jumlah berapa kali melakukan inseminasi hingga ternak tersebut
bunting, S/C dari yang ada dilapangan adalah 2/1, faktor yang mempengaruhi S/C
disini adalah kondisi straw yang diperkirakan jumlah sperma yang hidup dalam
straw bisa berkurang karena cara pengangkutannya yang hanya menggunakan air es
di dalam termos kecil dan factor lain yang juga dapat mempengaruhi S/C adalah
keterlambatan si peternak dalam melaporkan birahi sapinya yang ingin di IB
sehingga inseminator kurang tepat dalam menentukan waktu inseminasi.
Jenis-Jenis
Straw yang digunakan
Ada
beberapa jenis straw yang digunakan oleh inseminator dari dinas yaitu, Brahman,
Ongole, Bali, Limousin, Simental dan Angus dengan jumlah straw yang disediakan
oleh dinas Perikanan dan Peternakan pada tahun 2011 yaitu 2.000 buah untuk
semua jenis straw. Dari beberapa bulan terakhir yang paling sering digunakan
adalah straw jenis bali, karena sapi yang dimiliki oleh peternak kebanyakan
sapi bantuan dari pemerintah yaitu sapi Bali yang berumur masih muda dan
pertama kali dikawinkan jadi hanya menggunakan straw yang sama dengan
indukannya.
Jika induknya jenis bali baru bisa
menggunakan jenis straw lain ketika sudah dua atau tiga kali dikawinkan.
Kendala
dan Hambatan
Kendala
dan hambatan yang dihadapi inseminator dalam melaksanakan inseminasi adalah :
a. Faktor
lokasi tempat peternak yang jauh dan jalan yang sulit dilalui karena tidak ada
perbaikan jalan di desa-desa yang memang jauh dari kota.
b. Tidak
adanya kandang paksa ditempat peternak karena tidak dibuatkan oleh pemerintah
setempat atau tidak ada inisiatif dari peternak itu sendiri untuk membuat
kandang paksa yang permanen untuk memudahkan dalam inseminasi, pengecekkan
kebuntingan ataupun pengobatan sapi.
c. Keadaan
tanah yang becek disekitar kandang karena pembuatan kandang yang salah, lantai
kandang yang hanya terbuat dari potongan-potongan kayu dan tidak adanya
drainase sebagai pengaliran air sehingga menyulitkan inseminator ketika melakukan
inseminasi didalam kandang.
d.
Inseminator tidak memiliki N2 Cair
sebagai bahan utnuk mempertahankan straw tetap beku pada saat pengangkutan
straw ketempat peternak, karena Dinas Perikanan dan Peternakan tidak
menyediakan N2 Cair untuk inseminator, N2 Cair hanya untuk penyimpanan straw
dalam kontainer dalam jumlah besar.
Kendala dan hambatan dari peternak
sendiri adalah sebagian peternak tidak mempunyai telephone / telephone seluler
untuk menghubungi inseminator dan kurang teliti/mahir dalam menentukan birahi sapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar