Kamis, 13 Desember 2012

HASIL LAPORAN MAGANG DI HSS



HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS)
Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan. Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan sekaligus pusat pemerintahan terletak di Kandangan. Hulu Sungai Selatan memiliki luas sekitar 1.703 km² dan berpenduduk sekitar 212.678 jiwa.
Kantor Peternakan tergabung dengan dinas perikanan yang bertempat di jalan Melati, Durian Sumur, Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kantor dinas tersebut dipimpin oleh Ir. H. Royama Basyuni.
Kepala Seksi Pembibitan Budidaya Ternak dijabat oleh Edi Burhani yang mengepalai semua inseminator ternak, dan Inseminator yang bertugas di kantor Dinas Perikanan dan Peternakan adalah Abdul Azis, Mahyudin, Muhammad Son, S.Pt, Ida Mahriati, S.Pt, Ramli dan Iberahim, S.Pt. semua inseminator sudah mempunyai SIM untuk melakukan Inseminasi.
Cara Kerja dan Teknik Inseminasi Buatan
Cara kerja seorang inseminator ketika inseminator datang ke tempat peternak, inseminator akan menanyakan tentang profil sapi yang akan di Inseminasi Buatan (IB), meliputi pertanyaan sebagai berikut :
-          Kapan sapi tersebut terlihat birahi
-          Berapa umur sapi
-          Sudah pernah melahirkan atau belum
-          Bila sudah pernah melahirkan, kapan terakhir melahirkan dan sudah berapa kali melahirkan
-          Bibit jenis apa yang di inginkan peternak
Sambil melakukan percakapan inseminator  melakukan persiapan alat yang meliputi: IB gun, plastic glove, plastik sheet, termos straw, straw, gunting dan senter. Mempersiapkan sapi yang akan di Inseminasi dengan memasukkan sapi kedalam kandang paksa atau apabila tidak ada kandang paksa bisa saja dengan mengikat sapi di dinding kandang dengan kuat dengan syarat sapi sulit bergerak untuk memudahkan si inseminator untuk melakukan IB.
Setelah semua persiapan dilakukan, tahap kedua adalah mempersiapkan IB gun dengan memasukkan straw pada IB gun dan memotong ujung straw kemudian memasang plastic sheet pada IB gun. Memasukkan tangan kiri pada rectum dan tangan kanan yang memegang IB gun langsung memasukkan IB gun pada vulva sapi tersebut sampai posisi yang diperkirakan tepat sasaran. Inseminasi dilakukan dua kali agar lebih yakin sapi tersebut akan bunting.
Terlihat sangat jelas perbedaan antara teori dengan yang ada dilapangan, yaitu tidak dilakukannya thawing saat persiapan IB, dengan alasan saat membawa straw dari rumah inseminator menggunakan termos yang diisi dengan air es, sehingga straw yang tadinya beku saat masih di kontainer sudah mulai mencair saat diperjalanan menuju lokasi peternak.
Target Inseminasi Buatan
Target inseminasi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan telah mencapai keseluruh pelosok desa, sehingga peningkatan populasi ternak dapat meningkat dan ekonomi peternak juga dapat meningkat. Tidak ada batasan siapa peternak dan seberapa jauh lokasi peternak, inseminator senantiasa akan melayani jika ada panggilan untuk melakukan inseminasi buatan.
Jika ada kelompok tani yang baru akan memulai usaha beternak sapi, pihak dinas akan melakukan penyuluhan tentang inseminasi buatan dan bagaimana cara mengetahui ternak sapi itu bunting, sehingga waktu bunting sapi tidak terlewat dan langsung dapat ditangani inseminator.
Untuk jumlah sapi yang di inseminasi pada tahun 2011 ditargetkan 1.500 ekor untuk semua jenis sapi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Straw yang disediakan oleh Dinas Perikanan dan Peternakan ada 2.000 buah straw yang meliputi Brahman, Ongole, Bali, Limousin, Simental dan Angus.
Selama tahun 2011 jumlah sapi yang sudah di Inseminasi telah mencapai target bahkan sudah melebihi target, yaitu ada 1.533 ekor sapi yang di inseminasi. Akan tetapi jumlah yang sapi yang bunting dan melahirkan pada tahun 2011 hanya mencapai 847 ekor.
Realisasi Inseminasi Buatan di Kab. HSS
Realisasi dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Secara langsung dengan cara penyuluhan tentang Inseminasi Buatan di desa-desa yang dilakukan oleh dinas peternakan. Secara tidak langsung yaitu saat petugas kesehatan melakukan penyuntikan ke peternak-peternak, disitulah petugas kesehatan menyampaikan tentang kawin suntik dan tanda-tanda ternak birahi.
Persentase (%) yang telah dilakukan dari target Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut : target 1.500 ekor dan realisasi 1.533 jadi, 1.533/1.500 x 100% = 102 %.
Persentase Kebuntingan dan Tingkat Kelahiran
Persentase kebuntingan sangat ditentukan oleh keberhasilan Inseminasi Buatan yang meliputi teknik inseminasi, waktu inseminasi dan yang mempengaruhi tingkat kelahiran adalah cara penanganan sapi melahirkan dan penyakit yang dapat mengganggu kebuntingan.
Table 3. Laporan inseminasi dan kelahiran sapi tahun 2011
Tahun
Jumlah Sapi yang di IB (ekor)
Jumlah Sapi yang bunting dan melahirkan (ekor)
Persentase (%)
2011
1.533
847
55,25
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Dari table di atas dapat dihitung persentase kelahiran ternak, dihitung dari jumlah ternak yang di IB dengan ternak yang melahirkan yaitu 847/1.533 x 100% = 55,25%.
Waktu melakukan inseminasi sangat penting untuk menentukan kebuntingan ternak, maka dari itu diperlukan keterampilan peternk dalam mendeteksi birahi secara dini dan langsung melaporkannya kepada petugas Inseminator, sehingga inseminator dapat menentukan kapan ternak harus di IB.
Service per Conception
S/C dalam inseminasi dihitung berdasarkan jumlah berapa kali melakukan inseminasi hingga ternak tersebut bunting, S/C dari yang ada dilapangan adalah 2/1, faktor yang mempengaruhi S/C disini adalah kondisi straw yang diperkirakan jumlah sperma yang hidup dalam straw bisa berkurang karena cara pengangkutannya yang hanya menggunakan air es di dalam termos kecil dan factor lain yang juga dapat mempengaruhi S/C adalah keterlambatan si peternak dalam melaporkan birahi sapinya yang ingin di IB sehingga inseminator kurang tepat dalam menentukan waktu inseminasi.

Jenis-Jenis Straw yang digunakan
Ada beberapa jenis straw yang digunakan oleh inseminator dari dinas yaitu, Brahman, Ongole, Bali, Limousin, Simental dan Angus dengan jumlah straw yang disediakan oleh dinas Perikanan dan Peternakan pada tahun 2011 yaitu 2.000 buah untuk semua jenis straw. Dari beberapa bulan terakhir yang paling sering digunakan adalah straw jenis bali, karena sapi yang dimiliki oleh peternak kebanyakan sapi bantuan dari pemerintah yaitu sapi Bali yang berumur masih muda dan pertama kali dikawinkan jadi hanya menggunakan straw yang sama dengan indukannya.
Jika induknya jenis bali baru bisa menggunakan jenis straw lain ketika sudah dua atau tiga kali dikawinkan.
Kendala dan Hambatan
Kendala dan hambatan yang dihadapi inseminator dalam melaksanakan inseminasi adalah :
a.       Faktor lokasi tempat peternak yang jauh dan jalan yang sulit dilalui karena tidak ada perbaikan jalan di desa-desa yang memang jauh dari kota.
b.      Tidak adanya kandang paksa ditempat peternak karena tidak dibuatkan oleh pemerintah setempat atau tidak ada inisiatif dari peternak itu sendiri untuk membuat kandang paksa yang permanen untuk memudahkan dalam inseminasi, pengecekkan kebuntingan ataupun pengobatan sapi.
c.       Keadaan tanah yang becek disekitar kandang karena pembuatan kandang yang salah, lantai kandang yang hanya terbuat dari potongan-potongan kayu dan tidak adanya drainase sebagai pengaliran air sehingga menyulitkan inseminator ketika melakukan inseminasi didalam kandang.
d.      Inseminator tidak memiliki N2 Cair sebagai bahan utnuk mempertahankan straw tetap beku pada saat pengangkutan straw ketempat peternak, karena Dinas Perikanan dan Peternakan tidak menyediakan N2 Cair untuk inseminator, N2 Cair hanya untuk penyimpanan straw dalam kontainer dalam jumlah besar.
Kendala dan hambatan dari peternak sendiri adalah sebagian peternak tidak mempunyai telephone / telephone seluler untuk menghubungi inseminator dan kurang teliti/mahir dalam menentukan birahi sapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar